BERKUNJUNG KE YOGYAKARTA
#traveling
BERKUNJUNG KE YOGYAKARTA
Oleh: Milatul Hasanah
Mengunjungi kota Gudeg Yogyakarta kali ini, saya tidak sendirian. Namun bersama Ibu Kepala Desa (Kades) Moncek Tengah Lenteng Sumenep, Endang Susilowati, dan para perangkat desanya. Saya, yang bukan termasuk anggota perangkat desa, berssama mereka memulai perjalanan ini pada pukul 22.00 WIB, hari Jumat, tanggal 15 Januari sampai Senin, 18 Januari 2022.
Rombongan yang berjumlah 90 orang ini, menggunakan dua bus pariwisata VIP dilengkapi dengan tiga orang ahli medis; satu dokter, satu perawat dan satu bidan yang sehari-harinya bertugas di Puskesmas Desa Moncek Tengah, dan diajak serta oleh ibu kades. Tujuannya agar mereka dapat memberikan pertolongan medis kepada peserta rombongan yang mengalami gangguan kesehatan sewaktu dalam perjalanan.
Sebelum menuju Kota DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), kami berziarah ke maqbarah Sunan Ampel, Sunan Giri dan Sunan Gresik, di Jawa Timur. “Nyopreh barokah beliau-beliau” (dalam rangkan mendapat barokah beliau-beliau), ucap ibu kades, yang resmi dilantik pada pada hari Kamis, tanggal 16 Desember 2021 ini. Setelah melakukan ilaqur ruhiyah dengan tiga Wali tersebut, kemudian kami melanjutkan perjalanan kami ke kota Yogyakarta. Dan langsung mengunjungi tempat wisata HEHA Ocean View, di Laut Gunung Kidul. Sejam lebih kami hang out dan menikmati kuliner khas Jogja, foto-foto dan mencoba berbagai fasilitas disana. Setelah puas, kami langsung menuju Hotel SARE untuk beristirahat.
| Bersama Ibu Kades di Hotel SARE |
Keesokan harinya, kami berjalan-jalan dan menghabiskan waktu di beberapa kafe, pusat-pusat perbelanjaan, termasuk Malioboro dan tempat-tempat lainnya. Disana kami berbelanja beberapa souvenir, pakaian batik khas Jogja, dan beberapa aksesories. Setelah itu, kami menuju hotel kembali untuk melakukan salat qashar dan menjamak Dhuhur dan Ashar secara berjemaah. Baru setelah itu, kami bersiap-siap menuju Candi Borobudur, dan tempat-tempat wisata lainnya. Akhirnya kamipun sampai di Borobudur pada pukul 15.00 WIB.
Di Borobudur, sudah ada hampir 1000-an orang berkumpul dari berbagai daerah. Mereka mengaku ada yang jauh-jauh dari Bali, Jakarta, Kalimantan, bebrapa kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan dan di tambah kedatangan kami dari Sumenep Madura. Namun nahas, setelah membayar tiket, kami tidak dibukakan pintu gerbang untuk menuju candi Borobudur, dengan alasan waktunya sudah habis. Kami hanya diperbolehkan masuk di lantai bawah. Padahal sebelumnya ada ratusan hingga ribuan orang sudah naik ke atas.
Tidak terima, kami bersama ribuan orang bernegosiasi untuk melakukan demonstrasi. Singkatnya, kami yang tidak pernah mengenal mereka sebelumnya, secara kompak melakukan orasi dengan baik dan sopan. Namun beberapa orang bertato, yang mengaku dari Bali, kemudian mendobrak-dobrak pintu gerbang dan berteriak-teriak.
Kelakuan mereka ternyata diikuti juga oleh beberapa orang yang mengaku dari Jakarta dan Bogor. Penampilan mereka seperti mahasiswa, yang mungkin sudah terbiasa melakukan demo. Awalnya kami yang dari Madura tidak tertarik untuk ikutan nimbrung dengan mereka karena dilarang oleh ibu dan bapak kades. Namun ketika mereka para pendemo mengetahui bahwa kami dari Sumenep Madura, merekapun membujuk kami untuk ikut serta melakukan orasi. Seperti tersulut semangat mereka, kamipun menyambut mereka dengan hangat dan antusias.
Dua orang yang mengaku dari Jakarta dan Bali menaiki pagar besi pintu gerbang dan berhasil menaiki tangga candi. Beberapa polisi dan satpam akhirnya datang mengamankan mereka berdua. Beberapa video sempat saya abadikan. Nahas, polisi berjanji akan menunnut mereka berdua. Mereka berduapun siap dituntut, “oke kami siap dituntut, namun bapak harus tahu bahwa kami bukan hanya perwakilan dari Bali dan Jakarta, tapi dibawah sana ada ratusan orang dari Madura yang akan mendampingi kami”, demikian kata dua orang tersebut.
Mendengar Madura disebut-sebut, kamipun tertawa, “emang kenapa dengan orang Madura? Kami dari Sumenep halus-halus dan sopan-sopan kok orangnya, hi hiii..…” celetuk beberapa teman. Namun puluhan orang dengan logat ngedok menghampiri dan memaksa kami untuk terus aktif dalam demonstrasi tersebut.
Polisipun yang asalanya memasang wajah garang dan suara yang tidak kalah keras, sepertinya ciut dan sedikit luluh, entahlah. Akhirnya beberapa perwakilan diperbolehkan masuk, tapi hanya diberi waktu beberapa menit untuk foto-foto. Sorak soraipun bergema seperti hendak memecahkan langit sore itu.
Perjalanan yang menghabiskan waktu selama tiga malam empat hari itu cukup melelahkan, namun juga menyenangkan. Menurut Endang, ziarah dan traveling ini dalam rangka selamatan atau tasyakurannya, setelah berhasil meraup suara lebih dari 80%, mengalahkan suaminya Abu Yazid, yang sebelumnya telah menjadi kepala desa kami selama satu periode.
| di HEHA Ocean View |
Post a Comment for "BERKUNJUNG KE YOGYAKARTA"